A. PENGERTIAN SPERMA
Spermatozoa adalah sel gamet jantan yang merupakan sel yang sangat terdeferensiasi, satu-satunya sel yang memilki jumlah sitoplasma yang terperas dan nyaris habis. Strukturnya sangat khusus untuk mengakomodasikan fungsinya. Fungsi spermatozoa ada dua, yaitu mengantarkan material genetis jantan ke betina dan fungsi kedua adalah mengaktifkan program perkembangan telur.
Analisis sperma dilakukan untuk mengetahui bagaimana tahapan proses pembuahan, pewaktuan setiap tahapan pembuahan, dan dapat menentukan rasio spermatozoa dan ovum dalam pembuahan. Ikan nilem adalah ikan yang memenuhi persyaratan. Persyaratannya adalah :
1. Proses pembuahan yang terjadi di luar tubuh ikan nilem betina.
2. Terdapat pada ikan atau katak.
3. Hewan yang mudah disadap telur maupun sperma masaknya.
4. Mudah dibedakan antara jantan dan betina.
5. Telurnya bersifat transparan.
6. Mudah dioviposisikan.
7. Siklus hidup ikan nilem pendek.
8. Telur maupun sperma yang dihasilkan setiap siklus reproduksi cukup banyak.
B. PEMERIKSAAN PARAMETER SPERMA
Parameter-parameter sperma dapat dinyatakan secara :
1. Kuantitatif, misalnya volume, jumlah spermatozoa/ml, kadar fruktosa.
2. Semi kuantitatif, misalnya viskositas sperma, motilitas spermatozoa.
3. Kuantitatif, misalnya bau dan warna sperma.
1. Kuantitatif, misalnya volume, jumlah spermatozoa/ml, kadar fruktosa.
2. Semi kuantitatif, misalnya viskositas sperma, motilitas spermatozoa.
3. Kuantitatif, misalnya bau dan warna sperma.
Yang akan dibahas berikut adalah pemeriksaan parameter-parameter sperma pada analisa sperma dasar (rutin). Analisis sperma dasar dilakukan menurut tahapan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan makroskopis.
Segera setelah sperma diejakulasikan, hendaknya diamati dalam wadah pe-nampung.
Segera setelah sperma diejakulasikan, hendaknya diamati dalam wadah pe-nampung.
a. Ada/tidaknya koagulum
b. Warna sperma
c. Bau sperma
b. Warna sperma
c. Bau sperma
d. Proses likuefaksi sperma
Setelah proses likuefaksi selesai, ditentukan parameter sebagai berikut :
a. Volume sperma
b. pH sperma
c. Kekerasan dan warna sperma
d. Viskositas sperma
a. Volume sperma
b. pH sperma
c. Kekerasan dan warna sperma
d. Viskositas sperma
2. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah proses likuefaksi selesai.
Pemeriksaan ini meliputi :
a. Pergerakan spermatozoa
b. Kepadatan spermatozoa
c. Morfologi spermatozoa
d. Ada/tidaknya aglutinasi spermatozoa
e. Adanya sel bundar (Round cells)
f. Mikroorganisme
g. Partikel lepasan dan kristal.
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah proses likuefaksi selesai.
Pemeriksaan ini meliputi :
a. Pergerakan spermatozoa
b. Kepadatan spermatozoa
c. Morfologi spermatozoa
d. Ada/tidaknya aglutinasi spermatozoa
e. Adanya sel bundar (Round cells)
f. Mikroorganisme
g. Partikel lepasan dan kristal.
Pemeriksaan sperma dilakukan melalui bahan sperma yang dikeluarkan melalui jalan masturbasi ataupun melalui sanggama terputus. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan segera (paling lambat 1 jam setelah sperma dikeluarkan).
Syarat pemeriksaan sperma analisis:
1. Keadaan pria hari pemeriksaan hendaknya cukup sehat, tidak dalam keadaan lelah, lapar dan cukup beristirahat sebelumnya.
2. Sperma dikeluarkan setelah didahului oleh abstinensia seksual (tidak ejakulasi dengan cara apapun) selama 3 – 4 hari (rekomendasi WHO abstinensia 2 sampai 7 hari).
3. Sperma dikeluarkan secara mastrurbasi di Laboratorium, dan harus di tampung secara utuh.
B. INTERPRETASI SPERMIOGRAM
Interprestasi spermiogram sampai saat ini adalah berdasarkan pada 3 parameter pokok, yakni :
Interprestasi spermiogram sampai saat ini adalah berdasarkan pada 3 parameter pokok, yakni :
1. Jumlah spermatozoa/ml
2. Persentase spermatozoa motil
3. Persentase spermatozoa berbentuk normal.
2. Persentase spermatozoa motil
3. Persentase spermatozoa berbentuk normal.
Dengan perkataan lain, penilaian dititik beratkan pada spermatozoa. Walaupun demikian, parameter-parameter sperma yang lain tidak selalu dapat kita abaikan nilainya. Misalnya sperma yang tidak mengandung spermatozoa dengan volume kecil dan pH asam, memberikan dugaan suatu kelainan kongenital tertentu dari sistem reproduksi pria.
C. JUMLAH SPERMA SPERMATOZOA/ml
Jumlah spermatozoa/ml yang menjadi pegangan untuk dikatakan cukup, kurang ataupun berlebih adalah 20 juta/ml. Istilah yang dipakai adalah sbb :
0 Juta/ml disebut Azoospermia
> 0 - 5 Juta/ml disebut Ekstrimoligozoospermia
< 20 juta disebut oligozoospermia
> 250 Juta/ml disebut Polizoospermia
Jumlah spermatozoa 20 – 250 juta/ml sudah dianggap masuk dalam batas-batas yang normal.
> 0 - 5 Juta/ml disebut Ekstrimoligozoospermia
< 20 juta disebut oligozoospermia
> 250 Juta/ml disebut Polizoospermia
Jumlah spermatozoa 20 – 250 juta/ml sudah dianggap masuk dalam batas-batas yang normal.
D. PROSENTASE SPERMATOZOA MOTIL
Kualitas pergerakan spermatozoa disebut baik bila 50% atau lebih spermatozoa menunjukkan pergerakan yang sebagian besar adalah gerak yang cukup baik atau sangat baik (grade II/III). Gradasi menurut W.H.O. untuk pergerakan spermatozoa adalah sebagai berikut :
0 = spermatozoa tidak menunjukkan pergerakan
1 = spermatozoa bergerak ke depan dengan lambat
2 = spermatozoa bergerak ke depan dengan cepat
3 = spermatozoa bergerak ke depan sangat cepaT.
Bila spermatozoa yang motil kurang dari 50%, maka spermatozoa disebut astenik. Istilah yang digunakan adalah Astenozoospermia.
Bila sperma immotile > 50 % maka dilakukan uji viabilitas (vitality test)
Bila sperma immotile > 50 % maka dilakukan uji viabilitas (vitality test)
E. PERSENTASE MORFOLOGI NORMAL
Ekor sperma terdiri atas tiga bagian yaitu middle piece, principal piece dan end piece. Ekor ini berfungsi untuk pergerakan menuju sel telur. Ekor yang motil itu pada pusatnya sama seperti flagellum memiliki struktur axoneme yang terdiri atas mikrotubul pusat dikelilingi oleh Sembilan doblet mikrotubul yang berjarak sama satu dengan yang lainnya. Daya yang dihasilkan mesin ini memutar ekor bagaikan baling-baling dan memungkinkan sperma meluncur dengan cepat. Keberadan mesin pendorong ini tentunya membutuhkan bahan bakar yang paling produktif yaitu gula fruktosa yang telah tersedia dalam bentuk cairan yang melingkupi sperma (Anonim, 2006).
Spermatozoa disebut mempunyai kualitas bentuk yang cukup baik bila ≥ 50% spermatozoa mempunyai morfologi normal. Pemeriksaan morfologi men-cakup bagian kepala, leher dan ekor dari spermatozoa.
Bila > 50% spermatozoa mempunyai morfologi abnormal, maka keadaan ini di sebut teratozoospermia.
Dengan pegangan ketiga parameter pokok tersebut di atas, maka didapat kesan atau “diagnosis” spermatologis dalam istilah-istilah sbb :
Bila > 50% spermatozoa mempunyai morfologi abnormal, maka keadaan ini di sebut teratozoospermia.
Dengan pegangan ketiga parameter pokok tersebut di atas, maka didapat kesan atau “diagnosis” spermatologis dalam istilah-istilah sbb :
· Normozoospermia
· Oligozoospermia
· Extrimoligozoospermia
· Astenozoospermia
· Ekstrimoligoastenozoospermia
· Oligoastenozoospermia
· Oligoastenoteratozoospermia
· Astenoteratozoospermia
· Poliastenozoospermia
· Azoospermia
Parameter sperma yang lainnya juga mempunyai nilai informatif untuk penilaian fungsi kelenjar Seks asesori pria, sehingga perlu dicantumkan dalam spermiogram. Parameter-parameter tersebut adalah :
1. Volume : Umumnya 2 – 4 ml.
2. Warna : Lazimnya putih keabuan agak keruh, atau sedikit kekuningan.
3. Bau : Khas spesifik sperma, atau “langu”. Bau itu berasal dari oksidasi spermin yang dihasilkan prostat.
4. pH : 7.2 – 7.7
5. Koagulum : Normal terdapat sesaat setelah sperma diejakulasi dan tidak tampak lagi setelah 20 menit, oleh karena proses likwefaksi telah selesai. Bila proses likuefaksi belum selesai/sempurna dalam waktu 20 menit, kita sebut waktu likuefaksi memanjang.
6. Viskositas : - Normal : waktu tetesan 1 – 2 detik.
7. Aqlutinasi : - Normal : tidak terdapat aqlutinasi sejati.
8. Lekosit : - sebagai batasan, sperma normal tidak mengandung lekosit lebih dari satu juta/ml. Sperma yang mengandung lebih dari 1 juta lekosit per ml disebut sebagai sperma yang mengalami pencemaran.
F. PERSENTASE MORFOLOGI ABNORMAL
Spermatozoa abnormal merupakan spermatozoa berbentuk lain dari biasa, terdapat baik pada individu fertil maupun infertil. Hanya saja pada individu fertil kadarnya lebih sedikit. Bentuk abnormal terjadi karena berbagai gangguan dalam spermatogenesis. Gangguan itu mungkin karena faktor hormonal, nutrisi, obat, akibat radiasi, atau oleh penyakit (Yatim, 1992). Bentuk sperma dibawah ini adalah bentuk sperma yang abnormal menurut Jauhari (2005):
1. Makro : Ukuran kepalanya lebih besar dari ukuran kepala normal.
2. Mikro : Ukuran kepala lebih kecil dari ukuran kepala normal.
3. Taper : Spermanya kurus, lebar kepalanya setengah dari kepala normal, tidak jelas batas akrosom.
4. Piri : tidak jelas adanya kepala nyata, tampak midpiece dan ekor saja.
5. Amorf : Bentuk kepala ganjil, permukaan tidak rata, tidak jelas batas akrosom.
6. Round : Bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan akrosom.
7. Cytoplasmic droplet : menempel pada kepala, warna lebih erah.
8. Ekor abnormal : ekornya pendek/ spiral/ permukaan tidak halus/ ganda.
Banyak macam bentuk spermatozoa yang abnormal yang mungkin dapat dilihat. Bentuk abnormal dapat dibedakan antara bentuk abnormal yang primer dan bentuk abnormal yang sekunder. Bentuk abnormal primer berasal pada gangguan testes, mungkin karena memang cacat. Bentuk abnormal sekunder biasanya berasal dari perlakuan setelah semen itu meninggalkan testes, misalnya mendapat kocokan yang keras dalam tabung penampung, dikeringkan terlalu cepat, dipanaskan dengan temperature terlalu tinggi, pengesekan yang tidak berhati-hati ketika membuat sedian, dsb (Partodihajo, 1990). Bentuk morfologi spermatozoa yang diamati tidak terlihat bagian ekor maupun kepala dan tubuhnya.
G. MOTILITAS SPERMA
Motilitas sperma (baik sperma bergerak dengan baik atau tidak). Kualitas sperma sering lebih penting daripada menghitung. motilitas sperma adalah kemampuan untuk bergerak. Sperma terdiri dari dua jenis - mereka yang berenang, dan mereka yang tidak. Ingatlah bahwa hanya sperma yang bergerak maju cepat mampu berenang ke telur dan pupuk itu - yang lain jarang digunakanMotilitas dinilai dari sebuah dengan d, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kriteria Manual, sebagai berikut. Grade sperma (cepat progresif) adalah mereka yang berenang maju cepat dalam garis lurus - seperti peluru kendali. Grade b (lambat progresif) sperma berenang ke depan, tetapi baik dalam garis melengkung atau bengkok, atau perlahan (motilitas linear atau non linear lambatGrade c (nonprogressive) sperma bergerak ekor mereka, tetapi tidak bergerak maju (motilitas lokal saja). Grade d (immotile) sperma tidak bergerak sama sekali. Sperma kelas c dan d dianggap miskin. Mengapa kita khawatir motilitas tentang miskin? Jika motilitas buruk, hal ini menunjukkan bahwa testis memproduksi sperma kualitas buruk dan tidak berfungsi dengan baik - dan ini mungkin berarti bahwa bahkan sperma motil tampaknya normal tidak mungkin dapat sel telur.
H. SPERMA MENGGUMPAL
Sperma menggumpal atau aglutinasi. Di bawah mikroskop, ini terlihat sebagai sperma menempel satu sama lain dalam tandan. Ini mengganggu motilitas sperma dan mencegah sperma dari upto berenang melalui mulut rahim ke arah telur.
Menyatukan semuanya, salah satu mencari jumlah sperma "baik" dalam sampel - produk dari jumlah total, semakin sperma motil dan sperma berbentuk normal. Hal ini memberikan jumlah sperma motil progresif normal yang merupakan indeks kasar potensi kesuburan sperma. Jadi, misalnya, jika seorang pria memiliki jumlah total 40 juta sperma per ml, yang 40% secara progresif motil, dan 60% biasanya berbentuk, kemudian jumlah sperma motil progresif normal adalah: 40 X 0,40 X 0,60 = 9.6 juta sperma per ml. Jika volume ejakulasi adalah 3 ml, maka total sperma motil dalam seluruh sampel 9,6 X 3 = 28,8 juta sperma.
DAFTAR REFERENSI
0 komentar:
Posting Komentar