cLock

Minggu, 02 Desember 2012

Boraks


Menurut Encyclopedi Britanica dan Encyclopedi Nasional Indonesia, kata boraks berasal dari kata Arab, yaitu Bauroq, dan istilah melayunya tingkal, yang berarti putih, merupakan kristal lunak yang mengandung unsur boron, tidak berwarna dan mudah larut dalam air. Boraks merupakan garam Natrium Na2B4O7 10 H2O, yang banyak digunakan berbagai industri nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Gelas pyrex yang terkenal kuat itu karena dibuat dengan campuran boraks.

Boraks (Na2B4O7) dengan nama kimia natrium tetra bonat, natrium biborat, natrium piroborat merupakan senyawa kimia yang berbentuk kristal dan berwarna putih dan jika dilarutkan dalam air menjadi natrium hidroksida serta asam boraks. Natrium hidroksida dan asam boraks masing-masing bersifat antiseptik, sehingga banyak digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat misalnya : salep, bedak, larutan kompres, dan obat pencuci mata. Penggunaan boraks di industri farmasi ini sudah sangat dikenal. Hal ini dikarenakan banyaknya boraks yang dijual di pasaran dan harganya yang sangat murah. Selain itu boraks bagi industri farmasi memberikan untung yang besar (Supli Effendi, 2004).

Karakteristik Boraks, antara lain:
- berbentuk kristal putih
- tidak berbau
- larut dalam air
- stabil pada suhu serta tekanan normal
- Boraks dipasaran terkenal dengan nama pijer, petitet, bleng, gendar dan air kl.

Boraks pada dasarnya merupakan bahan untuk pembuat solder, bahan pembersih, pengawet kayu, pengontrol kecoa, dan bahan pembuatan kaca. Dengan sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki, boraks digunakan sebagai bahan campuran untuk pembuatan benda-benda tersebut. Boraks sedikit larut dalam air, namun bisa bermanfaat jika sudah dilarutkan dalam air. Umumnya juga digunakan untuk mematri logam, proses pembuatan gelas dan enamel, sebagai pengawet kayu, serta pembasmi kecoa. Boraks biasanya digunakan sebagai bahan pembersih atau antiseptik yang berupa hablur (kristal) berwarna kuning atau serbuk berwarna cokelat, yang bisa juga digunakan membantu melelehkan zat padat. Jika dikonsumsi manusia dapat menimbulkan berbagai penyakit. Sebab, boraks dapat merusak jaringan syaraf, ginjal, dan hati. 

Boraks juga biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, keramik, antiseptik dan pembasmi kecoak, dan mengurangi kesadahan air. Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3) atau yang lazim kita kenal dengan nama Bleng. Asam borat (H3BO3) merupakan asam organik lemah yang sering digunakan sebagai antiseptik, dan dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat (H2SO4) atau asam khlorida (HCl) pada boraks. Asam borat juga sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater.

Boraks seringkali disalah gunakan dalam proses pembuatan bahan makanan, seperti digunakan sebagai bahan tambahan untuk pembuatan bakso, nuget, tahu, cenil, kecap, ketupat/lontong serta kerupuk. Bahkan yang lebih ironis, penggunaan boraks sebagai komponen dalam makanan sudah meluas di Indonesia. Padahal pemerintah telah melarang penggunaan boraks per Juli 1979, dan dimantapkan melalui SK Menteri Kesehatan RI No.733/Menkes/Per/IX/1988.


Dampak Negatif atau Bahaya Boraks (Bleng) dalam Makanan

Boraks maupun bleng tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan, tetapi ironisnya penggunaan boraks sebagai komponen dalam makanan sudah meluas di Indonesia. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak serta berakibat buruk terhadap kesehatan tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Seringnya mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian.

Kematian pada orang dewasa dapat terjadi dalam dosis 15-25 gram, sedangkan pada anak dosis 5-6 gram (Cahyadi, 2006).

Bleng atau boraks biasanya dipakai dalam pembuatan makanan berikut ini:
  • karak/lèmpèng (kerupuk beras), sebagai komponen pembantu pembuatan gendar (adonan calon kerupuk)
  • mi
  • lontong, sebagai pengeras
  • ketupat, sebagai pengeras
  • bakso, sebagai pengawet dan pengeras
  • kecap, sebagai pengawet
  • cenil, sebagai pengeras
Boraks dalam tubuh manusia bersifat akumulatif dalam organ tubuh , seperti otak. Penggunaan boraks dalam dosis yang rendah tidak akan menyebabkan kerusakan namun akan terakumulasi di otak, hati, lemak dan ginjal. Jika terakumulasi terus akan menyebabkan mal fungsi dari organ-organ tersebut sehingga membahayakan tubuh. Penggunaan boraks dalam dosis yang banyak mengakibatkan penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan, demam, anuria. Dan dalam jangka panjang akan menyebabkan radang kulit merangsang SPP, apatis, depresi, slanosis, pingsan, kebodohan dan karsinogen. Bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh sebab itu berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dilarang menggunakan boraks sebagai bahan campuran dan pengawet makanan.

Beberapa survei menunjukkan, alasan para produsen menggunakan bahan pengawet seperti formalin dan boraks karena daya awet dan mutu bakso yang dihasilkan menjadi lebih bagus, serta murah harganya tanpa peduli bahaya yang dapat ditimbulkan. Tuntutan itu melahirkan konsekuensi yang bisa saja membahayakan, karena bahan kimia semakin lazim digunakan untuk mengawetkan makanan termasuk juga formalin yang dikenal menjadi bahan pengawet mayat. Hal tersebut ditunjang oleh perilaku konsumen yang cenderung untuk membeli makanan yang harganya lebih murah, tanpa memperhatikan kualitas makanan. Dengan demikian, penggunaan boraks dan formalin pada makanan seperti mie, bakso, kerupuk dan makanan lainnya dianggap suatu hal yang biasa. Sulitnya membedakan makanan seperti bakso biasa dan bakso yang dibuat dengan penambahan formalin dan boraks juga menjadi salah satu faktor pendorong perilaku konsumen itu sendiri.

Bagi masyarakat awam, untuk dapat membedakan makanan yang mengandung formalin tentu sangat sulit, karena hal itu secara akurat hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan pereaksi kimia. Namun BPOM menyebutkan ciri-ciri umum beberapa makanan yang diduga mengandung formalin. Untuk jenis mie basah, kita bisa mengenali ciri-ciri sebagai berikut : pertama, mie basah tersebut tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat Celcius), dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat Celcius). Kedua, bau mie agak menyengat, yakni bau khas formalin. Ketiga, mie basah ini tidak lengket, lebih mengkilap dibanding mie secara umumnya.

Sedangkan untuk krupuk yang ditambahkan formalin/boraks akan lebih putih dan krupuk bisa bertahan lama, daya simpan lama, tidak menjamur (walau disimpan dalam keadaan terbuka)dan tidak membusuk. Lalu untuk bakso yang mengandung formalin, kita bisa mengenali ciri-ciri secara umum, yaitu : pertama, tidak rusak sampai 5 hari pada suhu kamar. Kedua, memiliki tekstur sangat kenyal.

Pengawasan perorangan terhadap suatu yang dikonsumsinya, perlu lebih ditingkatkan agar kemungkinan terjadinya penyakit berbahaya bagi tubuh yang disebabkan zat pengawet, zat aditif dan lainnya dapat dicegah dan dihindari sedini mungkin. Selain itu perhatian dari pemerintah terhadap permasalahan ini harus lebih serius. Pemerintah harus menetapkan peraturan perundang-undangan khusus terhadap penggunaan zat pengawet yang berlebihan dan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan kesehatan. Peraturan perundangan tersebut harus disertai dengan sanksi-sanksi bagi masyarakat yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan tersebut.

Dari berbagai parameter mutu pangan yaitu gizi, rasa, tekstur serta penampilan dan sebagainya, keamanan pangan merupakan parameter terpenting. Berbagai kasus keamanan telah terjadi dari yang terkecil hingga yang terbesar dan diantaranya merupakan kasus yang lama. Berikut merupakan saran untuk mengatasinya :
1. Upaya mempersiapkan RUU Pangan perlu dipercepat, berikuty perangkat pendukung beserta peraturan-peraturan dan petunjuk pelaksanaannya.
2. Perlu dikembangkannya upaya pendidikan produsen makanan jajanan dengan bantuan pemerintah daerah.
3. Perlu dikembangkannya upaya pendidikan konsumen, khususnya melalui media elektronik seperti TV dan radio, melalui pesan-pesan keamanan pangan yang dikemas rapi (1 – 5 menit) serupa advertensi gratis.
4. Untuk menghindarkan terjadinya kesimpangan-siuran penjelasan kepada masyarakat luas mengenai keamanan pangan, perlu dibentuk suatu Tim Pakar Keamanan Pangan Nasional, yang diprakarsai oleh Menteri Kesehatan dan Menteri Negara Urusan Pangan sehingga bila ada kasus keamanan pangan, masyarakat mendapat penjelasan secara tepat, benar dan resmi (Winarno, 1994).

Borak atau sodium borate adalah zat kimia yang berfungsi untuk memperpanjang masa berlaku makanan atau sering disebut bahan pengawet makanan. Harga borak yang terjangkau(murah) membuatnya banyak digunakan sebagai bahan pengawet dalam pembuatan bakso, mie, tahu, atau produk olahan lainnya. Apabila mie segar yang disimpan pada suhu ruangan dapat tetap segar dan bertahan lebih dari satu minggu, maka kemungkinan besar bahan pembuat mie tersebut telah dicampur dengan bahan pengawet.

Penggunaan borak dalam makanan sangat tidak dianjurkan, saat ini telah dilarang oleh pemerintah. Borak sangat mudah diserap dan diakumulasi oleh tubuh. Borak yang telah terakumulasi tinggi dalam tubuh dapat mempengaruhi kinerja dan fungsi ginjal. Konsumsi makanan yang mengandung borak secara berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan gagal ginjal.


Legalitas

Pemerintah telah melarang penggunaan boraks sebagai bahan makanan per Juli 1979, dan dimantapkan melalui SK Menteri Kesehatan RI No 733/Menkes/Per/IX/1988.

YLKI melalui Warta Konsumen (1991) melaporkan, sekitar 86,49 persen sampel mi basah yang diambil di Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya mengandung asam borat (boraks). Lalu 76,9 persen mi basah mengandung boraks dan formalin secara bersama-sama. YLKI juga melaporkan adanya boraks pada berbagai jajanan di Jakarta Selatan.


Substitusi bleng/boraks

Karena penggunaan bleng/boraks adalah sebagai pengenyal, bahan pengganti dapat dicari untuk fungsi yang sama. Air merang dan STPP (Sodium Tri-polyphosphate) dengan konsentrasi sama diketahui tidak mempengaruhi tanggapan organoleptik (kesan fisik dan rasa) dari kerupuk beras.

Sudah tidak asing lagi bahwa banyak zat-zat berbahaya yang langsung dicampur sebagai bahan pembuat makanan, salah satu zat yang sering digunakan yaitu ‘Boraks’ atau ‘Bleng’. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak serta berakibat buruk secara langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Seringnya mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan, namun juga melalui kulit. Boraks akan menganggu enzim-enzim metabolisme. 

Ada beberapa ciri Gejala Keracunan Boraks, antara lain sebagai berikut:
·       Keadaan umum: lemah, sianosis, hipotensi
Terhirup: iritasi membran mukosa, tenggorokan sakit, dan batuk, efek pada sistem saraf pusat berupa hiperaktifitas, agitasi dan kejang. Aritmia berupa atrial fibrilasi, syok dan asidosis metabolik. Kematian dapat terjadi setelah pemaparan, akibat syok, depresi saraf pusat atau gagal ginjal.
Kontak dengan kulit: Eritrodemik rash (merah), iritasi dan gejala seperti orang mabuk, deskuamasi dalam 3-5 hari setelah pemaparan.
Tertelan: mual, muntah, diare, gangguan pencernaan, denyut nadi tidak beraturan, nyeri kepala, gangguan pendengaran dan penglihatan, sianosis, kejang dan koma. Keracunan berat dan kematian umumnya terjadi pada bayi dan anak-anak dalam 1-7 hari setelah penelanan, sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi.

Dalam jumlah banyak boraks dapat menimbulkan keracunan kronis akibat tibunan boraks, antara lain:
v demam
v anuria (tidak terbentuknya urin)
v Koma
v merangsang sistem saraf pusat
v menimbulkan depresi
v tekanan darah turun
v kerusakan ginjal
v pingsan
v kematian.

Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tak sertamerta berakibat buruk terhadap kesehatan. Tetapi boraks yang sedikit ini akan diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Selain melalui saluran pencernaan, boraks juga bisa diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh ini akan disimpan secara kumulatif di dalam hati, otak, dan testes (buah zakar).

Daya toksitasnya adalah LD-50 akut 4,5-4,98 gr/kg berat badan (tikus). Dalam dosisi tinggi, boraks di dalam tubuh manusia bisa menyebabkan pusing-pusing, muntah, mencret, kram perut, dan lain-lain. Pada anak kecil dan bayi, boraks sebanyak 5 gram di dalam tubuhnya dapat menyebabkan kematian. Sedangkan kematian pada orang dewasa terjadi jika dosisnya mencapai 10-20 gram atau lebih.


Dampak Positif atau Manfaat Boraks

Boraks juga memilki dampak positif. Boraks bermanfaat tentu saja selain makanan. Hal tersebut juga didukung oleh Peraturan Mentri Kesehatan yang telah melarang penggunaan Boraks bagi makanan. Boraks hanya boleh digunakan pada selain makanan dan selain yang berhubungan dengan makanan (gelas, piring, sendok, dlkl). Beberapa diantaranya dalam pembuatan bahan material, pembuatan bahan bangunan, antiseptik, pembasmi serangga dll. Contoh pemanfaatan boraks pada selain makanan:
| Salah satu bahan untuk membuat keramik
| Campuran membuat kertas
| Pembasmi kecoa
| Dapat digunakan untuk mengurangi kesadahan air

Namun, ada beberapa manfaat boraks dalam makanan antara lain :
S  Memberi tekstur yang bagus dan memberi kesan  menarik
S  Mengawetkan makanan
S  Mengenyalkan dan memberi rasa gurih

Dalam bentuk tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak tahun 1700, dalam bentuk air bleng. YLKI melalui Warta Konsumen (1991) melaporkan, sekitar 86,49 persen sampel mi basah yang diambil di Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya mengandung asam borat (boraks). Lalu 76,9 persen mi basah mengandung boraks dan formalin secara bersama-sama!

YLKI juga melaporkan adanya boraks pada berbagai jajanan di Jakarta Selatan. Padahal Pemerintah telah melarang penggunaan boraks per Juli 1979, dan dimantapkan melalui SK Menteri Kesehatan RI No 733/Menkes/Per/IX/1988. 

Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tak sertamerta berakibat buruk terhadap kesehatan. Tetapi boraks yang sedikit ini akan diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif.

Selain melalui saluran pencernaan, boraks juga bisa diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh ini akan disimpan secara akumulatif di dalam hati, otak, dan testes (buah zakar).

Daya toksitasnya adalah LD-50 akut 4,5-4,98 gr/kg berat badan (tikus). Dalam dosisi tinggi, boraks di dalam tubuh manusia bisa menyebabkan pusing-pusing, muntah, mencret, kram perut, dan lain-lain. Pada anak kecil dan bayi, boraks sebanyak 5 gram di dalam tubuhnya dapat menyebabkan kematian. Sedangkan kematian pada orang dewasa terjadi jika dosisnya mencapai 10-20 gram atau lebih.


DAFTAR PUSTAKA

Kamis, 25 Oktober 2012

ANALISIS ASAM CUKA



Asam cuka atau asam asetat (acetic acid) adalah senyawa kimia organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan, selain dapat berfungsi juga sebagai pengawet bahan makanan. Asam cuka encer merupakan golongan asam lemah yang paling aman bagi tubuh. Selain dalam makanan, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air dalam rumah tangga. 

Selain digunakan dalam industri makanan dan rumah tangga, asam asetat juga digunakan dalam industri produksi polimer dan berbagai macam serat dan kain, dan industri obat-obatan. Asam asetat yang digunakan dalam industri makanan haruslah asam cuka makan. Asam asetat encer, seperti pada cuka, tidak berbahaya. Namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat berbahaya bagi manusia maupun hewan. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah.

Cuka adalah salah satu penyedap rasa. Bila anda penyuka makanan kaldu maka tidak akan lengkap rasanya bila tidak ada cuka dalam komposisi masakan, apalagi kalau makan bakso… wah cuka itu membuat rasa beda. Sebenarnya apa sih cuka itu? Terbuat dari apa aja cuka itu?

Setelah cari-cari mengenai ‘biodata’cuka akhirnya dapatlah sedikit info mengenai cuka. Komposisi utama cuka terdiri dari asam asetat atau lebih dikenal asam cuka (acetic acid), juga mengandung asam amino (amino acid), asam organik (organic acid), zat gula (saccharides), vitamin B1 dan B2. Cuka memiliki beberapa fungsi, antara lain: membasmi kuman, menghilangkan racun dan bau amis. Ketika membuat ikan asinan, tambah sedikit cuka akan hindarkan remuk dan busuk. Dalam pengolahan hidangan seafood mentah seperti oyster dan kepiting laut, menggunakan cuka akan mampu membasmi kuman dan hilangkan rasa amis dalam 10 menit. Fungsi lainnya:
1.    Cuka juga dapat melarutkan gizi, misalnya kalsium dan zat besi dalam garam anorganik (inorganic salt), juga dapat melindungi vitamin C rusak lebih banyak dalam suhu tinggi ketika memasak sayur. Ketika memasak tulang rusuk asam manis, kuah tulang, ikan sepat, sayur mustard (leaf mustard) asam manis, sawi asam pedas menggunakan cuka akan memberikan citra rasa asam yang khas, di samping itu, kalsium dan zat besi sudah berlarut di dalamnya, sehingga mudah terserap dalam pencernaan. Sebelum memasak daging sapi, campurkan sedikit cuka akan membuat daging sapi lebih gurih, cuka dapat menghilangkan bau amis daging kambing.
2.   Cuka berfungsi dalam menjaga kesehatan dan terapi makanan. Cuka berkhasiat untuk penurunan tensi darah dan mencegah pengapuran pembuluh darah (arteriosclerosis), penyakit koroner (coronary disease) dan tekanan darah terlalu tinggi (hypertension).
3.  Membasmi virus atau kuman dalam kamar tidur dengan uap cuka, dapat mencegah terjadinya  influenza dan penyakit menular lainnya.
4.      Minum sedikit cuka bila mabuk berat akan lebih cepat bebas dari mabukan.
5.   Setelah konsumsi makanan berlemak terlalu banyak, buatlah kuah bercuka akan cepat menghilangkan lemak dan mempermudah pencernaan.
6.  Cuka bukan hanya sebagai bumbu masak, juga membantu anda mengatasi berbagai masalah dalam rumah. Yang paling penting, karena cuka (beras) bersifat alamiah, tidak akan membawa bahaya bagi kesehatan manusia maupun lingkungan.

Untuk rumah tangga:
a.  Dapat membuat kran estafet atau perkakas stainless lainnya tetap kilat. Caranya: cairkan satu sendok garam dalam dua sendok cuka, gosok permukaan benda itu dan dibilas dengan air bersih.
b.      Rendamkan pakaian di dalam cairan campuran air bersih dan cuka dalam takaran sama, akan membuat pakaian lebih bersih jernih.
c.   Campuran cuka dengan air dalam takaran sama dapat menghilangkan bercak putih perkapuran di atas keramik dalam toilet.
d.      Masukkan satu sendok gula pasir, satu sendok cuka dan satu liter air dalam vas bunga, membuat bunga lebih lama awetnya.
e.    Campurkan satu sendok cuka dalam cairan pembersih dan satu liter air bersih dapat menghilangkan kotoran (bukan lemak) yang lengket di permukaan permadani. Membasahi dan digosok dengan sikat, kemudian dilap dengan kain basah, setelah jemur permadani, hilangkan debu dengan vacuum cleaner.
f.       Campurkan cuka dan air dengan perbandingan 1:3, dapat menghilangkan bercak kotor di lemari es dan bau tidak sedap.

Untuk kegiatan sehari-hari:
i.            Berkeringatan dalam cuaca panas membuat pakaian berbau keringat yang tidak mudah dihilangkan. Bila mencuci pakaian itu meneteskan beberapa tetes cuka (sari cuka lebih bagus), lalu cuci dan bilas dua kali, bau keringat akan hilang semua.
ii.      Mudah mabuk kendaraan dalam bepergian, kalau minum air campuran cuka dalam kader tidak terlalu asam, akan menyegarkan dan menghilangkan mabuk kendaraan.
iii.     Susah tidur? Cairkan dan aduk satu sendok cuka dalam air matang setelah dingin, setelah minum akan cepat tidur, bila tambah madu dengan takaran sama, hasilnya lebih memuaskan.
iv.     Bila ada orang pingsan, tutup hidung orang pingsan tersebut sebentar dengan sapu tangan yang sudah celup cuka, agar cepat siuman.

Alat-alat makan, tea set atau wine set buatan bahan porselen yang baru dibeli, seharusnya dimasak 2-3 jam dalam air campiran cuka 10%, agar menghilangkan zat tiny alumunium yang terkandung barang-barang porselen baru itu, agar menghindarkan peracunan zat tiny alumunium yang dapat merusak tubuh kita. Ketika memasak kepiting, ubur-ubur dan seafood lainnya, rendamkan dulu dalam air campuran cuka 1% agar mencegah kemungkinan keracunan makanan yang terimbul oleh kuman halococci.
Masakan kacang tanah atau dengan cuka berkhasiat menurunkan kader lemak darah dan tekanan darah, merupakan makanan ideal bagi orang yang kader lemak dalam darah terlalu tinggi (Hyperlipidemia), gemuk, tekanan darah terlalu tinggi (hypertension), koroner (coronary disease). 

Bagi peminum arak yang sudah mulai mabuk, minum 100-200 ml cairan cuka berkader 50%, sangat membantu untuk menghilangkan mabuk karena alkohol berkelebihan dan menjaga kesehatan hati dan ginjal. Alat-alat makan setelah dipakai, bila dimasak dengan air campuran cuka 1% sampai mendidih, selain steril juga dapat mencegah terjangkitnya virus hepatitis (viral hepatitis), diare dan penyakit menular lainnya. Ternyata banyak juga manfaat cuka buat hidup kita.


Pengertian Analisa Kuantitatif

Analisa Kuantitatif adalah analisa yang berkaitan dengan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sample. Zat yang ditetapkan tersebut yang sering kali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun entah sebagian kecil atau besar sample yang dianalisis (Underwood, 1999).

Analisis kuantitatif adalah analisis kimia yang khusus mempelajari atau menyelidiki jumlah atom, ion, atau molekul penyusun suatu persenyawaan. Biasanya analisis kuantitatif sering disebut juga analisis jumlah (Zulkarnaen, 1991).

Analisa kuantitatif merupakan pemisahan suatu materi menjadi partikel-partikel. Fungsinya yaitu untuk menetapkan berapa banyak unsur atau zat yang ada dalam senyawa campuran. Jika zat yang dianalisa tersebu tmenyusun lebih dari sekitar 1% dari sampel maka analisis ini dianggap konstituen utama zat itu. Hal itu dapat dikatakan konstituen minor suatu zat jumlah berkisar 0,01% sampai 1% dari sampel terakhir, serta apabila dikatakan konstituen trace jika suatu zat ada yang kurang dari 0,01% (Irfan, 2000 ).


Titrasi

Titrasi asam – basa adalah titrasi dimana reaksi antara titrat dan titrannya merupakan reaksi asam – basa. Alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan standar senyawa basa. 

Reaksi antara senyawa asam dan basa pada dasarnya adalah reaksi netralisasi, yaitu reaksi antara donor proton (asam) dengan resipien/aseptor proton (basa). Jika asam dan salah satu lemah maka garam akan terhidrolisa dan larutan sedikit asam/basa.

Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa volumetri. Titik akhir dari titrasi ini mudah dilihat dengan penambahan indikator yang sesuai. Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kadar asam Cuka (CH3COOH) dengan titrasi Asidi-Alkalimetri. Sampai pH asam cuka berubah menjadi larutan basa, untuk ditentukan kadarnya.

Salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis titrimetri adalah reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri. Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut (Basset, J, 1994)


Larutan Standar

Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar. Sedangkan larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Suatu zat standar primer harus memenuhi syarat seperti dibawah ini:
1.      Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan (sebaiknya pada suhu 110-120oC).
2.      Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan.
3.      Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.
4.      Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).
5.      Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen.
6.      Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan, kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara, atau dipengaruhi oleh karbondioksida.Standar ini harus dijaga agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan. 


Pengaruh larutan standar pada titrasi

Natrium karbonat Na2CO3, kalium hydrogen iodat KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan merupakan zat-zat yang biasa digunakan sebagai standar primer. Sedangkan standar sekunder adalah suatu zat yang dapat digunakan untuk standarisasi yang kandungan zat aktifnya telah ditemukan dengan perbandingan terhadap suatu standar primer (Basset, J, 1994).

Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Titik (saat) mana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan,yang tak dapat di salah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator (Basset, J, 1994).


Indikator Dalam proses titrasi

Selama proses titrasi asam – basa, pH larutan terus menerus berubah dengan aturan yang khas. pH tersebut akan berubah secara drastis pada saat volume titran mendekati titik ekivalen.

Karakteristik dari kurva ini sangat penting, karena menentukan pemilihan indicator yang sesuai (paling mendekati titik ekivalen) untuk meminimalkan kesalahan titrasi. Indicator adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk fluorescent pada suatu trayek pH tertentu. Perubahan ini terjadi karena karena adanya perubahan struktrur dari indicator tersebut.

Pada titrasi alkalimetri, terlihat bahwa pH naik perlahan terhadap penambahan NaOH. Pada saat mendekati titik ekivalen, pH menaik secara drastis. Berdasarkan hal tersebut, maka indikator yang sesuai adalah phenol phtalein yang bekerja pada trayek pH 8,3 -10. Phenol phtalein merupakan bentuk asam lemah yang lain. Asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda terang. Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan mengubah indikator menjadi tak berwarna. Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya - mengubah indikator menjadi ungu. Selain dengan menggunakan indikator, titik ekivalen dapat dicari dengan bantuan pH meter.  

Kurva titrasi diperoleh dengan memplotkan data jumlah titran yang ditambahkan versus pH larutan. Titik ekivalen jelas terlihat dengan menggunakan perhitungan turunan kedua, dimana titik ekivalen merupakan perpotongan antara garis mendatar (volume titran).



Sumber Pustaka: